Kamis, 29 Maret 2018

Pengabdi Setan (film 2017)

Pengabdi Setan merupakan film horor Indonesia yang dirilis pada 28 September 2017, yang disutradarai dan ditulis oleh Joko Anwar. Film ini adalah pembuatan ulang dari film berjudul sama pada tahun 1980 silam.[1]
Per 7 November 2017, film Pengabdi Setan versi 2017 telah ditonton oleh 4.100.468 penonton di bioskop, menjadikannya film Indonesia terlaris 2017 sejauh ini. Film ini rencananya juga akan ditayangkan di beberapa negara lain seperti Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat.[2]

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Rini (Tara Basro) tinggal di pinggiran kota Jakarta di sebuah rumah tua milik neneknya, Rahma Saidah (Elly D. Luthan), bersama ibunya, Mawarni Suwono (Ayu Laksmi), bapaknya (Bront Palarae), dan ketiga adik laki-lakinya, Tony (Endy Arfian), Bondi (Nasar Annuz), dan Ian (Muhammad Adhiyat). Kisah dibuka dengan masalah finansial keluarga mereka yang kehabisan uang untuk biaya pengobatan sakit sang ibu. Penyakit yang begitu parah membuat Mawarni tak mampu menggerakkan tubuhnya dan hanya berbaring di tempat tidur. Untuk memanggil dan meminta bantuan, Mawarni harus membunyikan lonceng.
Berbagai upaya dilakukan keluarga Rini untuk mendapatkan uang tambahan, termasuk berhenti kuliah dan meminta royalti milik Mawarni yang sempat berkarier di dunia tarik suara (terkenal dengan lagunya, 'Kelam Malam'), sebelum akhirnya jatuh sakit selama tiga setengah tahun tanpa diketahui penyebabnya. Namun, karirnya sudah lama redup sehingga sudah tidak menghasilkan royalti lagi. Tony pun rela menjual sepeda motor dan barang pribadi lainnya demi menolong keluarganya. Upaya keluarga untuk membuat sang ibu sembuh dari penyakitnya gagal setelah Rini menemukan sang ibu terjatuh di lantai kamarnya dan menghembuskan nafas terakhir.
Di pemakaman Mawarni, keluarga Rini pun dikenalkan dengan seorang Ustad (Arswendi Nasution) dan putranya, Hendra (Dimas Aditya), yang mencoba turut membantu mereka di masa berkabung. Dengan kematian Mawarni, bapaknya pun pergi ke kota untuk menggadai rumah mereka. Kematian Mawarni ternyata jadi awal dari teror di rumah keluarga Rini--mereka didatangi oleh sosok yang menyerupai sang mendiang ibu. Nenek pun ditemukan meninggal dunia oleh Bondi, tenggelam di sumur. Di kamar nenek, Rini menemukan sepucuk surat yang ditujukan ke Budiman Syailendra (Egy Fedly), dan Rini pun pergi mengantarkan surat itu ke rusun tempat tinggal Budiman bersama Hendra. Budiman memberi tahu Rini bahwa ia adalah kawan neneknya dulu dan ia menceritakan bahwa dulu neneknya tidak menyetujui pernikahan orangtua Rini karena Mawarni adalah seorang seniman dan tidak bisa mempunyai anak. Karena itu, Mawarni pun dikatakan telah mengikuti sebuah sekte pemuja setan demi mendapatkan keturunan.
Sementara itu, Bondi, yang terkejut sehabis menemukan mayat neneknya di dalam sumur, mulai berlaku seakan akan kerasukan dan hendak menyakiti adiknya, Ian, setelah Ian dihantui oleh arwah neneknya (yang ia lihat menghampiri Bondi dan mencoba menangkapnya dengan berpura pura bermain petak umpet). Tony, yang membaca majalah Mayapemberian Budiman yang memiliki artikel mengenai pengabdi setan, membicarakan mengenai hubungan ibu mereka dengan sekte pengabdi setan dan kemungkinan adik mereka, Ian, akan diambil oleh sekte tersebut setelah berumur 7 tahun, namun Rini tidak menggubrisnya. Setelah mengalami beberapa kejadian menyeramkan, mereka pun memanggil sang Ustad untuk memeriksa rumah mereka, dan mereka pun dinasihati untuk lebih banyak beribadah. Malam itu, saat Rini salat, ia diteror oleh hantu Mawarni, yang mengakibatkan Rini dan adik-adiknya berlari ke rumah sang Ustad, yang merencanakan sebuah pengajian di rumah mereka esok hari.
Hendra pun pergi ke rusun Budiman setelah Budiman meneleponnya dan memberikannya artikel yang ia tulis sebagai koreksi artikel sebelumnya. Di perjalanan pulang, seseorang membuat Hendra oleng dari motornya hingga ia terlindas truk. Jenazah Hendra pun dibawa pulang oleh warga sekitar dan Rini pun menemukan artikel yang ia bawa. Malam itu, Rini melihat penampakan Hendra di luar rumah sang Ustad dan ia pun nyaris ditarik keluar selagi sang Ustad memperhatikan dengan rasa takut dan menyerah karena anaknya telah meninggal akibat ikut campur dengan urusan keluarga Rini. Bapak mereka pun datang dan membawa mereka pulang, dan kemudian menangis saat diberi tahu bahwa ibunya telah meninggal akibat tenggelam di sumur.
Saat Rini hendak mengkonfrontasi bapaknya mengenai pembicaraan orangtuanya di malam Mawarni meninggal, Ian, yang sedang buang air kecil dekat sumur, ditarik oleh arwah nenek ke dalam sumur. Bapaknya pun menyelamatkan Ian selagi rumah mengalami poltergeist yang diakibatkan neneknya dan rumah dikepung oleh para pengabdi setan yang menebar biji saga di pekarangan rumah. Rini, Tony, dan bapaknya pun terkunci di lorong tangga selagi sang bapak memohon ampun ke ibunya dan istrinya. Setelah Bondi menyelamatkan Ian dan menggagalkan usaha nenek (yang juga membuatnya tidak kerasukan lagi), para pengabdi setan pun pergi dan rumah pun tenang kembali.
Keesokan paginya, keluarga Rini sudah siap untuk pindah ke rusun dan menunggu mobil untuk menjemput mereka, namun tidak ada yang menjemput mereka sampai petang dan sang Ustad pun datang untuk meminta maaf bahwa ia tidak bisa membantu mereka dan menemani mereka untuk menunggu mobil, sekalian menunggu ulang tahun Ian yang ke-7 di tengah malam. Saat tengah malam sampai, Rini pun terbangun dan mengingat artikel Budiman yang dibawa Hendra dan menceritakannya ke Tony. Selagi mereka berbincang, Bapak digentayangi oleh Mawarni dan Bondi menemukan Ian berbicara bahasa asing sambil melihat ke jendela (padahal sebelumnya ia bisu). Rini, Tony, Bondi, dan bapak mereka pun bersembunyi di kamar nenek dan akhirnya mereka tahu bahwa mayat mayat hidup dari pemakaman telah bangkit, dan keluarga Rini pun menemukan sang Ustad sudah wafat telah ditusuk dan Ian berjalan ke kerumunan mayat hidup bersama Mawarni.
Para mayat hidup mengepung rumah dan masuk melalui pintu dapur, yang kemudian ditahan oleh arwah neneknya, yang ternyata selama ini telah mencoba untuk menjaga mereka dengan mencoba membunuh Ian. Budiman pun sampai dan membawa keluarga Rini pergi. Setahun kemudian, keluarga Rini telah menetap di rusun dan mereka dihampiri seorang ibu tetangga (Asmara Abigail) yang memberikan mereka rantang makanan. Sang tetangga pun kembali ke rumahnya dan berbincang ke Batara (Fachry Albar), dan terungkaplah bahwa ia adalah Darminah (antagonis utama di film orisinil).[3]

Pemain[sunting | sunting sumber]

Daftar pemain diadaptasi dari IMDb.[4]

Keluarga Rini[sunting | sunting sumber]

  • Tara Basro sebagai Rini, anak sulung di keluarganya yang berumur 22 tahun. Ia harus berhenti kuliah demi membantu pengobatan ibunya, Mawarni. Sebagai anak sulung, Rini adalah seorang gadis yang merasa bertanggungjawab mengurus keluarganya karena kematian ibunya, kepergian bapaknya ke kota, dan neneknya yang sakit. Ia bersifat skeptis dan cenderung dianggap cerewet oleh adik-adiknya, namun ia sangat protektif dan pemarah bila keluarganya diganggu.
  • Bront Palarae sebagai Bapak, bapak dari Rini, Tony, Bondi, Ian, suami Mawarni, dan anak dari Rahma. Bapak adalah sosok yang cenderung dingin namun penyayang terhadap keluarganya dan nampak skeptis seperti anak sulungnya (atau bahkan lebih, karena ia nampak tidak ingin turut serta dalam ritual keagamaan pemakaman istrinya).
  • Endy Arfian sebagai Tony, anak kedua dari Bapak dan Mawarni yang berumur 16 tahun, Tony adalah tipikal anak remaja yang santai dan iseng. Ia sangat dekat dengan ibunya dan banyak mengorbankan kepunyaan pribadinya demi menolong keuangan keluarganya. Ia tidak skeptis seperti bapaknya atau kakaknya dan nampak terbuka dan penasaran dengan misteri keluarganya. Ia gemar mendengarkan radio 'Butir Butir Pasir Laut'.
  • Ayu Laksmi sebagai Ibu/Mawarni Suwono, ibu dari Rini, Tony, Bondi, Ian, istri Bapak, dan menantu dari Rahma. Mawarni adalah seorang wanita berumur 54 tahun yang dahulunya merupakan penyanyi tenar (dengan lagu paling terkenalnya, 'Kelam Malam'), namun karirnya yang mulai redup di masa tuanya diakhiri dengan penyakit yang melumpuhkan dirinya selama tiga setengah tahun. Karena tekanan ibu mertuanya dahulu yang menganggap dirinya bukan menantu idaman sebagai seorang seniman dan juga tidak mampu memberikan keturunan, Mawarni akhirnya menjadi pengikut sebuah sekte kesuburan. Mawarni mulai aneh di masa akhirnya, sampai akhirnya ia wafat terjatuh ke lantai setelah mampu berdiri.
  • Elly D. Luthan sebagai Nenek/Rahma Saidah, nenek dari Rini, Tony, Bondi, Ian, ibu dari Bapak, dan ibu mertua Mawarni. Rahma adalah seorang wanita tua yang sudah di kursi roda dan sakit asma yang memberi keluarga putranya tempat tinggal selagi mereka menggadai rumah lama mereka. Rahma menghabiskan waktunya menjahit dan menyulam dan bermain dengan cucunya, Ian, yang nampaknya dekat dengannya. Ia wafat setelah jatuh tenggelam di sumur rumahnya dan sejak itu menghantui Ian. Akhirnya diketahui bahwa selama ini ialah yang menjaga keluarganya setelah mulai curiga dengan menantunya, yang dahulu tidak ia setujui.
  • Nasar Annuz sebagai Bondi, anak ketiga dari Bapak dan Mawarni, Bondi adalah seorang anak berumur 11 tahun yang nampaknya menderita middle child syndrome. Ia bersifat penakut dan cenderung gengsi terhadap keluarganya, dan juga memiliki selera humor yang lucu.
  • M. Adhiyat sebagai Ian, anak keempat dan bungsu dari Bapak dan Mawarni, Ian adalah seorang anak bisu yang berumur 7 tahun. Ia nampak inosen dan tidak penakut seperti kakaknya, Bondi, dan ia gemar menjadi penggagal kelakuan kakaknya. Walaupun pada awalnya dikira ia akan diambil oleh para pengabdi setan, sesungguhnya ialah anak titisan iblis.

Karakter Lain[sunting | sunting sumber]

  • Dimas Aditya sebagai Hendra, anak sang ustad yang tinggal di dekat rumah keluarga Rini bersama bapaknya. Ia tidak sereligius bapaknya dan terbuka terhadap teori teori lain, dan nampak menyukai Rini. Pada awalnya, niatnya untuk membantu keluarga Rini dianggap mengganggu oleh Rini, namun akhirnya ia dan bapaknya akhirnya menjadi para penolong keluarga Rini. Hendra menemui ajalnya saat hendak membantu keluarga Rini saat ia dicelakai oleh seseorang sehingga motornya oleng yang mengakibatkan ia tewas terlindas truk.
  • Arswendi Nasution sebagai Ustad, tetangga keluarga Rini dan bapak dari Hendra, sang ustad adalah seorang figur komunitas lokal yang dipandang karena kebijaksanaannya. Ia membantu keluarga Rini dalam segala kejadian dan kesusahan mereka sampai anaknya sendiri nyawanya direngut karena ikut campur dalam urusan keluarga Rini, yang membuat ia enggan dan takut untuk membantu mereka lagi. Namun akhirnya ia kembali ke rumah keluarga Rini untuk meminta maaf dan juga menemani keluarga Rini sebelum mereka pindah karena ia kesepian. Ia menemukan ajalnya saat para mayat hidup (termasuk Hendra) mengepung rumah keluarga Rini dan ia ditemukan tewas ditusuk pisau.
  • Egy Fedly sebagai Budiman, seorang pria tua eksentrik yang dahulu merupakan sahabat dekat Rahma sejak sekolah rakyat (saking dekatnya, mereka tidak berpacaran) yang tinggal di sebuah rusun di kota. Ia adalah kontributor di majalah misteri, Maya, dan menulis artikel mengenai pengabdi setan. Rini menemukan alamatnya dari surat yang ditulis oleh neneknya dan Budiman pun membantu keluarga Rini dalam menghadapi masalah mereka. Budiman lah yang menyelamatkan keluarga Rini di akhir film, saat mereka dikepung para mayat hidup.
  • Fachry Albar sebagai Batara, seorang harvester atau pemanen dari sekte pengabdi setan. Nampaknya ia adalah pasangan dari Darminah. Mereka mencari keluarga para pengabdi setan di seluruh Indonesia dan 'memanen' mereka satu persatu.
  • Asmara Abigail sebagai Darminah, seorang harvester atau pemanen dari sekte pengabdi setan, dan kemungkinan ia adalah pasangan dari Batara. Mereka mencari keluarga para pengabdi setan di seluruh Indonesia dan 'memanen' mereka satu persatu. Karakter Darminah adalah antagonis utama di film orisinil Pengabdi Setan di tahun 1980.

Produksi[sunting | sunting sumber]

Mendapati kepercayaan untuk menggarap ulang film horor lawas Pengabdi Setan bukanlah hal mudah bagi sutradara Joko Anwar. Sejak mengarahkan film Janji Joni sekitar 10 tahun yang lalu, Joko telah bermimpi untuk menggarap ulang film horor '80-an itu. Joko mengungkap, Pengabdi Setan menjadi film orisinal yang menggerakkan Joko untuk menjadi sineas. Setelah perjuangan, bujuk rayu hingga akhirnya pembuktian keseriusan untuk menggarap ulang film tersebut, Joko berhasil mendapatkan perhatian produser Rapi Films, Sunil Samtani. Kebetulan Rapi Films memang ingin membuat ulang film itu, meski sebetulnya rumah produksi itu sebenarnya sudah memiliki calon sutradara. Beruntung, ide Joko tampak lebih menarik bagi Sunil. Namun setelah berhasil dikukuhkan menjadi sutradara film Pengabdi Setan versi baru, perjuangan Joko belum usai. Dia masih perlu mengemas film yang terbilang legendaris setidaknya lebih baik dari yang sebelumnya.[5]
Salah satu perjuangan keras Joko adalah pencarian lokasi syuting yang dianggap dapat mewakili visualisasi cerita. Ia mengaku bahwa hal itu adalah yang cukup sulit selama masa produksi. Sebelum menemukan lokasi yang tepat di Pengalengan, tim produksi Pengabdi Setan membutuhkan waktu selama empat bulan untuk pencariannya. Itu dimulai dari pencarian di daerah Ibu Kota Jakarta. Saat mencari di kawasan Puncak BogorJawa Barat, Joko mengatakan timnya mendapatkan lokasi yang bagus dan menarik. Namun kendala izin dari pemilik serta setelah penelusuran kembali ada yang dirasa kurang cocok, mereka pun mulai mencari tempat lain. Radius pencarian pun kembali diperluas, hingga akhirnya menemukan sebuah rumah tua di daerah Pengalengan yang cukup jauh dari lokasi awal yang diinginkan.[5]
Sunil mengatakan Pengabdi Setan yang digarap mulai dari ide cerita, naskah, hingga penyutradaraan oleh Joko Anwar ini membutuhkan lebih banyak anggaran dibanding film horor dia biasanya karena bertekad menjaga nuansa era 1980-an seperti pada film aslinya. Ia menjelaskan, tim produksi bahkan mendesain ulang sebuah rumah kuno di Pengalengan, Jawa Barat, untuk menjadi lokasi pembuatan Pengabdi Setan. Ini dilakukan demi 'memuaskan' nuansa yang diinginkan sang sutradara. Meski tak menjelaskan dengan lugas nominal yang dibutuhkan untuk membangkitkan kembali 'arwah ibu' dalam Pengabdi Setan, Sunil memastikan bujet melebihi Rp 2 miliar.[6]

Peluncuran[sunting | sunting sumber]

Penayangan[sunting | sunting sumber]

Gala Premiere film Pengabdi Setan di gelar pada 20 September 2017, tepatnya di Epicentrum XXI, kawasan Rasuna Said, Jakarta Selatan.[7] Penayangan serentak di seluruh bioskop Indonesia pada 28 September 2017.[8] Joko Anwar mengungkapkan bahwa proses penayangan film Pengabdi Setan di luar negeri dimulai pada November 2017.[9] Film ini akan ditayangkan di Malaysia dan Singapura pada 23 November 2017.[8] Pada 21 Agustus 2017, Joko Anwar mengonfirmasi melalui media sosial Instagram-nya bahwa film ini akan tayang di Amerika LatinPolandia dan Jepang. Hanya saja, ia tidak memberikan perincian tanggal penayangan di negara-negara tersebut.[9]

Perolehan Penonton[sunting | sunting sumber]

Di Indonesia, Pengabdi Setan memperoleh 91.070 penonton di hari perdana penayangannya.[10] Pada 18 hari penayangan, film ini berhasil meraih jumlah penonton sebesar 2.820.681 dan menjadi film horor Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak sepanjang masa melampaui film Danur: I Can See Ghosts yang memegang predikat ini sebelumnya dengan jumlah raihan penonton sebesar 2.7 juta penonton di akhir penayangannya di bioskop. [11] Kesuksesan film Pengabdi Setan terus berlanjut, dalam 20 hari penanyangan film ini telah disaksikan oleh 3 juta penonton lebih dan menjadi satu-satunya film horor Indonesia yang dapat melampaui angka tersebut sampai saat ini. [12]

Tanggapan[sunting | sunting sumber]

Sejak menggelar Gala Premiere dan pemutaran spesial, Pengabdi Setan mendapat tanggapan baik dari pengamat film.[13] Di situs Indonesian Film Critics, film ini memperoleh tiga bintang berdasarkan 15 film blogger review. Salah satu film blogger review mengungkapkan bahwa film ini "Memberikan level kengerian dengan atmosfer horor yang sangat maksimal, Pengabdi Setan adalah film horor yang sudah dirindukan penontonnya!".[14]
Di situs Duniaku Network, film ini memperoleh skor film sebesar 85%. Penulis mengungkapkan bahwa "Bagi kamu yang sudah menantikan kebangkitan film horror Indonesia dengan cerita dan nuansa yang benar-benar mencekam, maka film ini sangat layak untuk ditonton. Joko Anwar sukses membawakan misteri ke dalam cerita, sehingga penonton selalu bertanya-tanya dan penasaran dengan kelanjutannya".[15]

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

Pada ajang penghargaan Festival Film Indonesia 2017Pengabdi Setan berhasil memperoleh 13 nominasi.[16]
PenghargaanTanggalKategoriPenerimaHasilRef.
Festival Film Indonesia11 November 2017Film Bioskop TerbaikPengabdi SetanNominasi[16]
Penyutradaraan TerbaikJoko AnwarNominasi
Pemeran Anak TerbaikMuhammad AdhiyatMenang
Tata Sinematografi TerbaikIcal TanjungMenang
Skenario Adaptasi TerbaikJoko AnwarNominasi
Penyuntingan TerbaikArifin CuunkNominasi
Tata Suara TerbaikKhikmawan Santosa dan Anhar MohaMenang
Lagu Tema Terbaik"Kelam Malam" oleh The SpouseMenang
Tata Musik TerbaikAghi Narottama, Tony Merle dan Bemby GustiMenang
Tata Efek Visual TerbaikFinalize Studios (Heri Kuntoro dan Abby Eldipie)Menang
Tata Artistik TerbaikAllan SebastianMenang
Tata Rias TerbaikDarwyn TseNominasi
Tata Busana TerbaikIsabelle PatriceNominasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

10 Pasangan Muda Sinetron & Film yang Paling Digandrungi Remaja

Chemistry  yang dibangun oleh dua pemeran dalam sebuah film ataupun sinetron bergenre romantis memang menimbulkan efek baper bagi para peno...